Jumat, 25 Mei 2012

Cerpen: "GRANDFATHER AND HIS BROTHER".


Tema jepretan gw, di minggu ini!
"GRANDFATHER AND HIS BROTHER".
Nah! :D

***
Mini Story
"PEMUDA BAHARI"
By. Emira Dian Mayasarie

Kutanya grandma..
"Apa dulu setiap pemuda, selalu berpakaian seformal ini? Kuliah? Berpesta? Atau sekedar ke rumah pacar?"

Mendengar pertanyaanku, grandma tersenyum..
"Ya.." Balas grandma. "Mereka terlihat lebih rapi, dibanding pemuda sekarang 'kan?"

Aku mengangguk..
"Pakaiannya terlalu formal, grandma. Kontras dengan pemuda di zaman ini. Mereka jauh lebih simpel. Bahkan boyband SUJU, menyanyikan sebuah lagu yg berjudul 'Mr. Simple'.." Sahut ku, melirik kearah grandma. Grandma hanya tertawa. Sepertinya grandma tak mengerti, aku sedang berbicara apa.

"Mereka berbusana rapi, bak pangeran 'kan? Itulah kenapa, banyak gadis yang mulai jatuh hati padanya.." Simpul grandma.

"Oh. Jadi, dulu grandma juga memimpikan datangnya seorang pangeran?" Tanyaku.

Grandma mengusap rambutku dan menatap mata coklatku. Mataku berbinar-binar menunggu jawaban.

"Tidak. Dulu grandma tidak pernah memimpikan datangnya seorang pangeran.." Ujar grandma.

"Ah?" Jawaban grandma sedikit membuatku heran.

"Dulu semasa muda, grandma hanya memimpikan datangnya seorang ksatria?" Lanjut grandma.

"Ksatria?" Ucapku bertambah heran.

"Ya.." Angguk grandma. " Ksatria itu seperti seseorang yg penuh usaha dan perjuangan lewat tangannya sendiri, seorang laki-laki pemberani yg bertanggung jawab, berbuat sesuatu untuk keluarga dan orang banyak.."

"Ooh.." Responku singkat.

Cerita grandma, terdengar tak lagi sederhana.

THE END

Cerpen: "ADA APA DENGAN CINTA?"


Siapakah korban jepretan gw, di minggu ini! Ahah :D

***
Mini Story..
"ADA APA DENGAN CINTA?"
By. Emira Dian Mayasarie

Pria misterius bernama Rangga, duduk menyepi disudut ruang baca, menunggu Cinta. Seraya terus bertanya pada dirinya, "Ada apa dengan cinta?".

Rambut ikalnya, menutup wajah dingin itu. Ditangan sang pujangga, terbuka lebar buku "AKU". Karya sang penyair lama, namanya tak pernah dilupa. Tetap harum bak bunga mawar, dialah Chairil Anwar.
*
AKU
Oleh: Chairil Anwar (Maret 1943)

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau!

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari..
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
*

Ketika aku ingin bergegas pulang, kulihat Rangga terus saja menanti Cinta. Namun cinta, tak juga datang menghampirinya.

Kemana 'kah, cinta?
Ada apa dengan cinta?

Lalu terdengar sayup, suara Rangga berkata..
"Ada dan tiada cinta, bagiku tak mengapa. Namun ada yg hilang, separuh diriku.."

THE END

Rabu, 02 Mei 2012

"Broken Angel" By. Emira Dian Mayasari


“Ka! Tunggu, Ka!” Seru Tere menarik pergelangan tangan kiri Tara. “Kak Tara, abis dari mana?!”
“Baru kelar latihan basket..” Jawab Tara menuju kamar tidurnya.
“Jangan bohong, Ka! Pasti kakak abis jalan, bareng Rena ‘kan?!”
“Kamu gak lihat, ini ada bola basket ditangan kakak..”
“Oh?! Baru main basket bareng Rena, juga?!” Sahut Tere sinis.
“Kenapa sih ‘Ter, semuanya selalu kamu hubungkan dengan Rena?!”
“Siapa lagi, kalau bukan dia ‘Kak?! Selama ini Rena ‘kan, yg lebih penting buat kakak!” Gerutu Tere mendorong pundak Tara pelan. “Aku ini saudara kembar kakak, kan?! Tapi kenapa?! Kak Tara lebih suka menghabiskan waktu bareng Rena, ketimbang aku!” Lanjut Tere, menahan tangis. “Apa kak Tara malu, punya adik cacat seperti aku!”
“Kakak kurang apa, buat kamu ‘Ter?! Sebagian besar waktu kakak, hanya untuk kamu!” Balas Tara, meninggi. “Bahkan kakak tak begitu peduli dengan urusan akademik. Karena apa?! Hanya karena kakak, ingin punya banyak waktu untuk menjaga kamu!”
“Jadi, aku yang salah?! Aku gak pernah minta, kecelakaan itu ada, dilahirkan untuk jadi cacat begini, apalagi untuk merepotkan kakak!”
“Siapa bilang, kamu merepotkan!” Balas Tara. “Kakak cuma ingin kamu mengerti, kalau..”
“Kalau Rena lebih penting?!” Sahut Tere memotong ucapan Tara.
“Bukan begitu, Ter. Kamu tau? Demi kamu kakak rela, tak mengungkapkan rasa cinta kakak pada Rena, hampir 7 tahun lamanya. Menurutmu, ini belum cukup?”
“Aku gak suka, lihat kak Tara jalan bareng Rena! Gak suka, Ka!”
“Memangnya Rena salah apa, ke kamu?!”
“Kalau aku bilang, gak suka! Ya, gak suka! Titik!”
“Terserah..” Gumam Tara pasrah, seraya menutup pintu kamarnya.
“Kak! Kak Tara! Buka pintunya!” Teriak Tere seraya menggedor pintu. “Sampai kapan pun, aku gak pernah suka! Kalau kak Tara jadian, sama Rena! Agh!”

*

Hari ini di depan beranda kost, seperti biasa aku mengajari Tara beberapa materi mata kuliah yang paling dibencinya. Selama aku SMA dan hingga kini aku duduk dibangku kuliah, aku memang sering diminta oleh Tara untuk menjadi teman belajarnya.

Tara memang tercatat sebagai salah satu mahasiswa yang kurang, dalam hal akademik. Aku akui, Tara lebih berbakat dalam bidang olahraga, khususnya basket. Karena itu aku selalu berusaha dengan sabar mengajarinya, sampai Tara memang benar-benar paham apa yang aku ajarkan padanya.

Tapi adakalnya saat Tara melihat ekspresi wajahku yang mulai lelah, Tara pasti akan berpura-pura mengerti agar aku dapat berhenti mengajarinya.

Entah hanya kebetulan atau memang dijodohkan Tuhan untuk selalu bersama, sejak SMA hingga berkuliah, aku dan Tara berada disatu jurusan dan kampus yang sama. Jadi bisa disimpulkan, sudah terhitung hampir 7 tahun kami bersama.

Menjadi teman dekat selama 7 tahun itulah yang membuat orang-orang mengira kami pacaran. PadahaL, Tara tak pernah sekalipun menyatakan cinta. Meski perhatiannya selama ini, benar-benar membuatku jatuh cinta.

“Ren..” Ucap Tara melirik kearahku.
“Ya? Kenapa, Tar?”
“Kamu mau gak.. Mm..” Seketika ucapan Tara terhenti, mimik wajahnya tampak memikirkan sesuatu.
“Mau apa?” Tanyaku, berharap Tara meneruskan kata-katanya dan memintaku untuk menjadi pacarnya.
“Mm.. kamu.. kamu mau gak..”
“Hh?”
“Eh, ini! Ini!” Sahut Tara tiba-tiba menarik buku catatannya. “Kamu mau.. mau, kan?! Ajari aku, teori ini! Teori yang ini! Aku.. aku belum..”

Aku pun kecewa, setelah mendegar Tara melanjutkan ucapannya itu. Lagi-lagi tak sesuai dengan harapanku, selama ini. Mungkin sudah takdirnya, Tara tak akan pernah bisa menyatakan cintanya padaku.

“Oh, itu..” Balasku lirih. “Bukan ‘kah, aku baru menjelaskannya?”
“Ah? Apa?” Kening Tara berkerut. “Astaga! Iya, Ren! Sorry! Sorry, aku lupa! Gak jadi, Ren! Gak jadi! Aku ngerti, kog! Aku ngerti, teori ini! Eheh..” Suara tawa Tara terdengar dipaksa.
“Kalau memang belum paham, aku bisa menjelaskannya sekali lagi kog ‘Tar..”
“Ah?! Gak, Ren! Sumpah! Aku ngerti, kog!” Balas Tara yang kemudian bergegas merogoh isi tasnya.

Entah apa yang sedang dicarinya, tapi aku melihat kedua tangan Tara begitu sibuk bergerak-gerak di dalam tas ranselnya.

Tanpa membuang waktu, Tara mengeluarkan tangannya dari dalam tas. Aku sedikit dibuat heran, ketika melihat tangan Tara dibalut boneka tangan berbentuk mickey mouse. Tak beberapa lama, Tara menatap kearah boneka tangan itu dan berbicara dengan suara yang terdengar sedikit aneh..

“Hay, Rena..” Ujar Tara mengubah suaranya. Seolah-olah boneka tangan itu yang sedang berbicara kepadaku.
“Ehm..” Aku tersenyum, ketika melihat tingkah laku Tara menggerak-gerakkan boneka tangan itu di depanku.
Thanks, Rena! Karena selama ini, kamu mau berteman dengannya (Tara)..” Ucap boneka itu, seolah-olah berbicara.
“Mm, ya..” Balasku pelan, seraya melirik kearah Tara.
“Aku heran? Apa kamu tak malu, punya teman sebodoh Tara. Ahah..” Boneka tangan itu tertawa.
“Ah?” Sahutku. “Jangan mengulang kata itu. Tara tak seperti itu..” Ujarku, menatap kesal wajah boneka itu.

Setelah mendengar komentarku, Tara dengan cepat melirik kearahku.

“Tara itu, hanya lemah dalam hal mengingat materi..” Jelasku. “Karena itu, Tara harus mengulang-ulangnya beberapa kali. Tapi jika Tara sudah mengerti materi itu, aku percaya dia akan jauh lebih pintar dariku..”

Sejenak Tara berhenti menggerakkan boneka tangan miliknya. Tara terus menatapku dan kemudian tersenyum.

Tapi tak berselang beberapa detik, Tara kembali mengoceh dengan suara ala mickey mouse-nya.

“Satu pertanyaan lagi, Rena! Apa kamu tak bosan, selalu menjadi teman belajarnya? Dia selalu merepotkanmu dan kamu selalu bersedia mengajarinya..”

Aku tersenyum dan menyentuh hidung boneka tangan itu. Aku pun mulai memberanikan diri untuk menjawab pertanyaannya kali ini.

“Aku tak pernah merasa bosan mengajarinya.. Itu karena aku.. Mm, aku..”
Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, ponsel Tara tiba-tiba saja berbunyi. Tara bergegas melepas balutan boneka itu dari tangannya, lalu dengan cepat ia meraih ponsel.

Tara terlihat seperti sedang menerima sebuah message, entah dari siapa? Aku hanya melihat Tara membacanya dengan wajah kusut.

“Kenapa, Tar?”
“Biasa, Ren.. Tere minta jemput di kampusnya..”
“Oh. Kalau begitu.. belajarnya, dilanjutkan nanti saja..”
“Kamu gak marah? Kalau besok, aku ganggu lagi..”
“Ahaha..” Aku tertawa lepas. “Kamu mengajakku belajar, bukan untuk bermain ‘kan?”
“Hhm..” Giliran Tara yang tersenyum kearahku. “Maaf, ya ‘Ren. Tere memang susah, kalau diminta menunggu..”
“Gak masalah, Tar. Belajarnya 'kan, bisa lain kali..”

Tara pun kembali tersenyum dan dengan cepat mengacak-acak rambut dikepalaku dengan tangannya.
“Tara! Sudah kubilang, jangan jahil!” Protesku.
“Ahaha..”
Tara hanya tertawa, seraya membereskan buku-buku dan menyimpannya kembali ke dalam tas ranselnya. Kecuali, boneka tangan itu..
“Oh, iya ‘Ren! Ini buat kamu..” Ujar Tara menyodorkan boneka tangan itu kearahku.
“Buatku?”
“Anggap sebagai ucapan terima kasih, karena selama ini kamu tak pernah bosan mengajariku..”
“Selalu berkata begitu. Padahal, sudah banyak boneka yang kamu berikan..”
“Sudah, lah! Ambil aja..”

Aku lantas menerima, boneka tangan pemberiannya. Lalu Tara beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju mobil yang terparkir di depan pagar kost ku.
“Sampai ketemu besok, Ren. Bye..”
Bye..” Balasku.

Bayangan Tara perlahan menjauh dari hadapanku. Seketika mataku tertuju lagi pada boneka tangan pemberiannya. Aku pun meraihnya dan mencoba memasangnya dikepalan tanganku. Dengan wajah sumringah, aku berusaha meniru gaya bicara Tara dan menggerak-gerakkan boneka tangan itu. Aku mencoba mengulang kembali, pertanyaannya..

“Rena.. Apa kamu tak bosan, menjadi teman belajarnya (Tara)?” Gumamku, menggerakkan bagian mulut boneka itu.

Aku pun berusaha melanjutkan kembali jawabanku yang  sempat terpotong. Meski Tara, tak akan mungkin mendengar jawabanku ini.

“Kamu ingin tau, kenapa aku tak bosan mengajarinya? Itu karena..” Sejenak kata-kataku terhenti, tapi dengan pelan aku melanjutkannya kembali. “Itu karena.. aku sayang Tara..”
Mendadak air mataku menetes begitu saja, aku juga tak mengerti kenapa?

*

Tepat hari ini, Minggu pagi!
Tara sudah lama, ingin mengajakku pergi kesalah satu wahana rekreasi untuk menghabiskan waktu liburnya. Aku pun menerima, tawaran itu. Tara juga berjanji, akan menjemputku. Tapi karena mendadak Tere ingin ikut pergi, Tara pun memintaku untuk pergi sendiri. Tak jadi masalah buat ku, karena sejak dari awal, aku memang tak pernah meminta Tara untuk menjemputku. Aku pun bergegas pergi dengan sepeda motorku.

Sesampainya di lokasi, Tara dan Tere terlihat sudah menunggu.

“Ma.. maaf. Kalian sudah lama menunggu, ya?”
“Banget! Pake tanya!” Protes Tere, menatapku sinis. Namun Tara segera merangkul pundak Tere dan mencoba mencairkan suasana.
“Ah? Kita juga baru nyampe, Ren..” Ucap Tara berdalih. “Tunggu apalagi? Kita beli tiketnya..”
“Yuk, Kak!” Seru Tere menarik pergelangan tangan Tara dan melangkahkan kakinya, lebih cepat di depanku. Aku pun, hanya bisa mengikuti mereka dari belakang.

“Ter! Jangan terlalu cepat begitu, jalannya. Kakimu itu, belum sembuh total..”
“Tenang, Kak!” Timpal Tere, terus saja menarik tangan saudara kembarnya.
               
Tak jauh berbeda dengan kondisi di dalam, Tere tetap bersikap dingin padaku. Tere tak mau melepas tangan Tara. Ia selalu menarik Tara, agar berjalan lebih cepat dariku. Alhasil, langkah kakiku selalu tertinggal jauh dari mereka. Sesekali Tara menolehkan wajahnya kearahku yang berada tepat dibelakangnya. Karena aku tak mau Tara merasa tak nyaman denganku, aku pun selalu melepaskan senyum kearahnya.

Keadaan seperti ini terus berlanjut, hingga akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Namun, sesuatu terjadi pada sepeda motorku..

“Kenapa, Ren?” Tanya Tara.
“Ini. Ban depan, bocor..”
“Bocor?”
Tara kemudian mencek kondisi ban sepeda motorku.
“Mmh.. Pasti kena ranjau paku ‘Ren..” Simpul Tara memperlihatkan sebuah paku kecil bengkok yang baru saja dicabutnya dari ban sepeda motorku. “Kalau begitu, biar aku cari bengkel dulu. Kamu dan Tere, tunggu saja disini..”
“Apa? Menunggu?!” Seru Tere lantang. “Gak! Aku gak mu! Aku mau pulang, Ka!”
“Tere..” Sahut Tara, menatapnya kesal. “Kita bantu Rena dulu. Setelah itu, kakak antar kamu pulang..”
“Gak, Kak! Aku mau pulang, sekarang!”
“Tere, kamu jangan manja!”
“Aku capek, Kak! Please, pulang sekarang!”

Aku pun tak tega, melihat Tere membujuk Tara untuk segera pulang. Apalagi mengingat kaki dan tangan Tere yang masih belum sembuh total, karena kecelakaan yang dialaminya beberapa bulan yang lalu.

“Tar, lebih baik kamu mengantar Tere pulang. Aku bisa ‘kog, urus ini sendiri..”
“Tapi, Ren?”
“Tere gak mungkin menunggumu dengan kondisi seperti itu..”
“Tapi ‘kan? Aku yang mengajakmu pergi..”
“Kak Tara, buruan! Aku capek, Kak!” Terdengar bujuk Tere untuk kesekian kalinya.

Aku juga terus ikut membujuk Tara untuk segera mengantar Tere pulang.
“Tar..” Ujarku memelas.
“Tapi ini?”
“Tenang, Tar..” Balasku. “Kau lihat banyak orang disini, aku bisa meminta bantuan mereka..”
“Tapi ‘Ren, aku..”
“Hhm..” Anggukku memotong ucapannya, berharap Tara segera memenuhi permintaan Tere untuk mengantarnya pulang.

Tere pun segera merangkul pundak Tara dan membawanya pergi menjauh dariku.
Sekarang Tara sudah tak lagi dihadapanku, jadi tak masalah jika kini aku terlihat sedikit menangis. Bagaimana pun, aku ini manusia biasa. Hal seperti ini, akan sangat wajar jika membuatku berair mata.

*




Keesokkan harinya..
Tara ingin mengajakku pergi makan siang bersama. Aku pun sudah lama, menunggunya di kampus. Namun, tiba-tiba saja Tara membatalkan janjinya. Tara bilang, ia harus berlatih basket dengan teman satu timnya.

Karena belum makan siang, alhasil aku memilih untuk pergi ke kantin kampus. Aku pun duduk disalah satu meja kantin, menikmati makan siangku. Tiba-tiba saja sosok Daru muncul di depanku. Daru adalah salah satu teman tim basket dengan Tara. Hal ini tentu saja membuatku penasaran, kenapa Daru tak ikut berlatih basket bersama Tara.
“Daru?”
“Hey, Rena! Sendiri, nih?! Biasanya ‘kan, sama Tara!”
“Iya. Tadi niatnya, mau makan bareng Tara. Tapi ternyata, Tara mendadak harus latihan basket. Kamu gak ikut, Ru?”
“Latihan basket?” Tanya Daru, keningnya berkerut heran. “Setahu ku, gak ada jadwal latihan basket hari ini..”
“Tapi Tara bilang, dia mau latihan..”

Jumat, 30 Maret 2012

My Design! T-Shirt FLANEL! Indonesisch Design 'ID'!

Indonesisch Design 'ID'
"PRESIDENT"


Indonesisch Design 'ID'
 "FORGOTTEN HERO"
 

Indonesisch Design 'ID' 
"HERO"


Indonesisch Design 'ID'
 "LEADERS"
 

Indonesisch Design 'ID' 
"HOW TO BE A LEADER?" 



Indonesisch Design 'ID'
 "DAMN! I LOVE INDONESIA"


Indonesisch Design 'ID'
 "IND-ONE-SIA"


Indonesisch Design 'ID'
 "GARUDA"


Indonesisch Design 'ID'
 "INDONESIAN CULTURE"


Indonesisch Design 'ID'
 "I'M INDONESIAN"



Request Design
"I LOVE ORGANIC CLASS!"




Indonesisch Design 'ID'
email: indonesischdesignid@rocketmail.com
FB: Indonesischdesign ID
twitter: @Indoesisch_ID

Minggu, 19 Februari 2012

"Mari melukis!"

Udah lama gak pernah lukis wajah, akhirnya merasa tertantang lagi untuk melukis wajah idola-idola gue..


Model lukisan pertama,
my favorite actor: Rizky Hanggono :)



 **********************************
Model lukisan kedua,
my favorite writer/ film director: Fajar Nugros :)



**********************************
Model lukisan ketiga,
my favorite singer: Sammy Simorangkir :)



**********************************
Model lukisan keempat,
my favorite designer: Tex Saverio :)


***********************************
Model lukisan kelima,
Pemimpin paling mutu, versi gue: Joko Widodo "Jokowi" :)

 **********************************
Model lukisan keenam,
Hakim ketua paling mutu, versi gue: Albertina Ho :)

 **********************************

Selasa, 14 Februari 2012

"Love story, Charles-Camilla"



Ini yang gue tau tentang sejarah kisah cinta pangeran Charles-Camilla Parker. Gue mencoba mengisahkannya dengan gaya bahasa dan cara tulis gue sendiri.

Maksud gue menuliskan ini, hanya untuk menyimpulkan:
Bahwa jangan hanya mendengar 'plot' saja utk dapat men'judge' sesorang.
Kita harus tau sejarah 'cerita' dibaliknya. Setiap orang memiliki alasan, ketika ia memutuskan pilihan.

Setiap cerita dimulai dengan sebuah kejadian. Karena itu orang bertanya: "Ada kejadian apa?"

Sebuah kejadian diawali sebuah proses. Maka pertanyaan berlanjut: "Mengapa kejadian itu bisa terjadi?"

Jadi, pertanyaannya tentang apa dan mengapa?
'Apa dan mengapa' adalah sebuah perbedaan.
Perbedaan tentang 'plot dan cerita'..

Plot yang kita dengar..
Pangeran Charles dikabarkan berselingkuh. Kemudian ia bercerai dgn putri Diana. Putri Diana meninggal. Pangeran Charles menikah lagi.

Tapi, inilah cerita sepenuhnya..

*****

Mungkin kebanyakan orang hanya tau kisah cinta pangeran Charles dengan putri Diana. Karena itu banyak masyarakat dunia yang tak suka, jika pangeran Charles menikah dengan Camilla Parker. Mereka tak rela jika sosok putri Diana, kini digantikan oleh Camilla Parker. Padahal jauh sebelum dirinya bertemu putri Diana, pangeran Charles telah jatuh hati pada sosok Camilla. Camilla lah, cinta pertama bagi pangeran Charles.

Saat menjalin hubungan dengan Camilla, ratu Elizabeth II tak merestuinya. Maka hubungan antara pangeran Charles dan Camilla pun berakhir. Meskipun hubungan berakhir, mereka tetap menjalin hubungan sebagai sahabat dekat. Bahkan Camilla sering membantu pangeran Charles untuk dapat menemukan pasangan hidup yang tepat baginya.

Tak beberapa lama, Camilla menikah dengan petinggi militer Andrew Parker Bowles. Sedangkan Charles menikah dengan putri Diana. Tapi pernikahan keduanya tak bertahan lama, Camilla bercerai dengan suaminya. Sedangkan pangeran Charles dikabarkan telah berselingkuh dengan Camilla, padahal saat itu ia masih berstatus menikah dengan putri Diana. Pangeran Charles kemudian memutuskan untuk bercerai dengan putri Diana. Kabar megejutkan pun datang, ketika terjadi peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa putri Diana dan kekasih barunya. Putri Diana tewas dilokasi kejadian dan akhirnya dimakamkan.

Peristiwa ini membuat Charles kembali dekat dengan Camilla, cinta pertamanya. Pangeran Charles seperti mengulang kembali kisah hidupnya. Meski kecantikan fisik Camilla sangat berbeda jauh dengan putri Diana, tapi pangeran Charles sagat mencintainya. Sebab pangeran Charles selalu merasa menjadi seorang pria sepenuhnya jika didekat Camilla, sebab Camilla sangat begitu menghormati dan menghargainya. Berbeda saat dirinya bersama putri Diana, semua mata selalu tertuju kepada sosok putri Diana dibandingkan dirinya. Akhirnya pangeran Charles memutuskan untuk menikahi Camilla. Mereka pun menikah dengan persetujuan ratu Elizabeth II dan kedua anak lelaki pangeran Charles (William dan Harry).

Setelah pernikahannya, Camilla sah masuk dalam wilayah keluarga kerajaan Inggris dan mendapatkan gelar sebagai Putri Wales (Princess of Wales). Namun hal itu ditolak Camilla. Camilla lebih memilih menggunakan gelar kedua Charles, Putri Cornwall. Awalnya sosok Camilla hanya dipandang sebelah mata. Ia selalu dinomer duakan dalam keluarga kerajaan. Tapi karena sikap baik yang ditunjukkan Camilla, ratu Elizabeth II mulai mempercayakan Camilla untuk mewakili pihak keluarga kerajaan dalam berbagai acara penting.

Meskipun Camilla mampu merebut hati pangeran Charles dan para keluarga kerajaan lainnya, bukan berarti Camilla telah mampu mengambil hati rakyat Inggris. Warga Inggris tetap tak mendukung pernikahan mereka, terutama kaum wanita yang notabene sangat mengaggumi sosok putri Diana. Bahkan saking begitu tak sukanya warga Inggris terhadap pernikahan pangeran Charles-Camilla, mereka menginginkan agar Pangeran William dan putri Kate Middleton lah yang nantinya menggantikan posisi Raja-Ratu' jika kelak Ratu Elizabeth II wafat.

Padahal tak ada yg salah dengan kisah cinta pangeran Charles-Camilla. Mereka layaknya manusia biasa yg memiliki 'cinta pertama'.

Jika kita memandang kisah ini dari sudut pandang putri Diana, mungkin Camilla memang seperti layaknya tokoh antagonis yg berhasil merebut hati suami putri Diana.

Tapi jika kita putar balik kisah ini. Si tokoh utama adalah pangeran Charles dan Camilla. Maka mungkin saja orang-orang akan berkata, "Cerita cinta ini, berakhir bahagia. Camilla mendapatkan lagi cinta pertamanya yg hilang, sang pangeran dari kerajaan Inggris. Love story, Charles-Camilla.."

*The end*

Minggu, 12 Februari 2012

"Cerita Hari Ini"


Pas medical check up, gue liat ada pasien (suami-istri & anak balitanya). Si istri rebahan disofa, tangannya kejang, merintih kesakitan. Si anak menangis kencang. Sang suami gendong si anak sambil memijat lembut telapak tangan istrinya. Ketika liat kondisi seperti itu, selalu muncul pertanyaan dalam benak gue "Apa si suami sekarang merasa menyesal menikahi si istri?" Tapi gue liat, suaminya tulus. Hampir saja, gue menangis dibuatnya. Gue berdoa, "Semoga mereka selalu bahagia..".

Berlanjut. Nama si pasien dipanggil. Karena si anak terus menangis, alhasil suami hanya bisa menunggu diluar ruangan. Sedangkan si istri dibawa masuk oleh beberapa perawat dengan bantuan kursi roda. Tak beberapa lama, check up kelar. Si dokter keluar. Mengingat kondisi tangan pasien kejang, tak memungkinkan untuk pulang naik sepeda motor bersama suaminya, akhirnya si dokter meminta supir pribadinya untuk mengantar si pasien pulang ke rumah. Si dokter menyodorkn kunci mobil miliknya. Gue pun bertanya dalam hati: "Ada berapa dokter lagi yang berhati baik seperti ini, di Indonesia?" Jika masih ada, satu kata untuk mereka: "Awesome.."


Besok pagi, jangan takut untuk keluar rumah. Pergi melihat dunia. Tanpa sadar, kau akan menemukan banyak cerita & makna dibaliknya. Dari sesuatu yang membuatmu tertawa, hingga menangis tersedu-sedu. Intinya hanya satu: "Bersyukur". Kau tak perlu menjalani hidup sekeras mereka (joki 3 in 1, gelandangan, pengemis) hanya utk mendapatkn uang belasan ribu. Bersyukur, terus bersyukur, jangan lupa bersyukur 'errbody! Tuhan itu, sangat baik padamu..