Minggu, 19 Februari 2012

"Mari melukis!"

Udah lama gak pernah lukis wajah, akhirnya merasa tertantang lagi untuk melukis wajah idola-idola gue..


Model lukisan pertama,
my favorite actor: Rizky Hanggono :)



 **********************************
Model lukisan kedua,
my favorite writer/ film director: Fajar Nugros :)



**********************************
Model lukisan ketiga,
my favorite singer: Sammy Simorangkir :)



**********************************
Model lukisan keempat,
my favorite designer: Tex Saverio :)


***********************************
Model lukisan kelima,
Pemimpin paling mutu, versi gue: Joko Widodo "Jokowi" :)

 **********************************
Model lukisan keenam,
Hakim ketua paling mutu, versi gue: Albertina Ho :)

 **********************************

Selasa, 14 Februari 2012

"Love story, Charles-Camilla"



Ini yang gue tau tentang sejarah kisah cinta pangeran Charles-Camilla Parker. Gue mencoba mengisahkannya dengan gaya bahasa dan cara tulis gue sendiri.

Maksud gue menuliskan ini, hanya untuk menyimpulkan:
Bahwa jangan hanya mendengar 'plot' saja utk dapat men'judge' sesorang.
Kita harus tau sejarah 'cerita' dibaliknya. Setiap orang memiliki alasan, ketika ia memutuskan pilihan.

Setiap cerita dimulai dengan sebuah kejadian. Karena itu orang bertanya: "Ada kejadian apa?"

Sebuah kejadian diawali sebuah proses. Maka pertanyaan berlanjut: "Mengapa kejadian itu bisa terjadi?"

Jadi, pertanyaannya tentang apa dan mengapa?
'Apa dan mengapa' adalah sebuah perbedaan.
Perbedaan tentang 'plot dan cerita'..

Plot yang kita dengar..
Pangeran Charles dikabarkan berselingkuh. Kemudian ia bercerai dgn putri Diana. Putri Diana meninggal. Pangeran Charles menikah lagi.

Tapi, inilah cerita sepenuhnya..

*****

Mungkin kebanyakan orang hanya tau kisah cinta pangeran Charles dengan putri Diana. Karena itu banyak masyarakat dunia yang tak suka, jika pangeran Charles menikah dengan Camilla Parker. Mereka tak rela jika sosok putri Diana, kini digantikan oleh Camilla Parker. Padahal jauh sebelum dirinya bertemu putri Diana, pangeran Charles telah jatuh hati pada sosok Camilla. Camilla lah, cinta pertama bagi pangeran Charles.

Saat menjalin hubungan dengan Camilla, ratu Elizabeth II tak merestuinya. Maka hubungan antara pangeran Charles dan Camilla pun berakhir. Meskipun hubungan berakhir, mereka tetap menjalin hubungan sebagai sahabat dekat. Bahkan Camilla sering membantu pangeran Charles untuk dapat menemukan pasangan hidup yang tepat baginya.

Tak beberapa lama, Camilla menikah dengan petinggi militer Andrew Parker Bowles. Sedangkan Charles menikah dengan putri Diana. Tapi pernikahan keduanya tak bertahan lama, Camilla bercerai dengan suaminya. Sedangkan pangeran Charles dikabarkan telah berselingkuh dengan Camilla, padahal saat itu ia masih berstatus menikah dengan putri Diana. Pangeran Charles kemudian memutuskan untuk bercerai dengan putri Diana. Kabar megejutkan pun datang, ketika terjadi peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa putri Diana dan kekasih barunya. Putri Diana tewas dilokasi kejadian dan akhirnya dimakamkan.

Peristiwa ini membuat Charles kembali dekat dengan Camilla, cinta pertamanya. Pangeran Charles seperti mengulang kembali kisah hidupnya. Meski kecantikan fisik Camilla sangat berbeda jauh dengan putri Diana, tapi pangeran Charles sagat mencintainya. Sebab pangeran Charles selalu merasa menjadi seorang pria sepenuhnya jika didekat Camilla, sebab Camilla sangat begitu menghormati dan menghargainya. Berbeda saat dirinya bersama putri Diana, semua mata selalu tertuju kepada sosok putri Diana dibandingkan dirinya. Akhirnya pangeran Charles memutuskan untuk menikahi Camilla. Mereka pun menikah dengan persetujuan ratu Elizabeth II dan kedua anak lelaki pangeran Charles (William dan Harry).

Setelah pernikahannya, Camilla sah masuk dalam wilayah keluarga kerajaan Inggris dan mendapatkan gelar sebagai Putri Wales (Princess of Wales). Namun hal itu ditolak Camilla. Camilla lebih memilih menggunakan gelar kedua Charles, Putri Cornwall. Awalnya sosok Camilla hanya dipandang sebelah mata. Ia selalu dinomer duakan dalam keluarga kerajaan. Tapi karena sikap baik yang ditunjukkan Camilla, ratu Elizabeth II mulai mempercayakan Camilla untuk mewakili pihak keluarga kerajaan dalam berbagai acara penting.

Meskipun Camilla mampu merebut hati pangeran Charles dan para keluarga kerajaan lainnya, bukan berarti Camilla telah mampu mengambil hati rakyat Inggris. Warga Inggris tetap tak mendukung pernikahan mereka, terutama kaum wanita yang notabene sangat mengaggumi sosok putri Diana. Bahkan saking begitu tak sukanya warga Inggris terhadap pernikahan pangeran Charles-Camilla, mereka menginginkan agar Pangeran William dan putri Kate Middleton lah yang nantinya menggantikan posisi Raja-Ratu' jika kelak Ratu Elizabeth II wafat.

Padahal tak ada yg salah dengan kisah cinta pangeran Charles-Camilla. Mereka layaknya manusia biasa yg memiliki 'cinta pertama'.

Jika kita memandang kisah ini dari sudut pandang putri Diana, mungkin Camilla memang seperti layaknya tokoh antagonis yg berhasil merebut hati suami putri Diana.

Tapi jika kita putar balik kisah ini. Si tokoh utama adalah pangeran Charles dan Camilla. Maka mungkin saja orang-orang akan berkata, "Cerita cinta ini, berakhir bahagia. Camilla mendapatkan lagi cinta pertamanya yg hilang, sang pangeran dari kerajaan Inggris. Love story, Charles-Camilla.."

*The end*

Minggu, 12 Februari 2012

"Cerita Hari Ini"


Pas medical check up, gue liat ada pasien (suami-istri & anak balitanya). Si istri rebahan disofa, tangannya kejang, merintih kesakitan. Si anak menangis kencang. Sang suami gendong si anak sambil memijat lembut telapak tangan istrinya. Ketika liat kondisi seperti itu, selalu muncul pertanyaan dalam benak gue "Apa si suami sekarang merasa menyesal menikahi si istri?" Tapi gue liat, suaminya tulus. Hampir saja, gue menangis dibuatnya. Gue berdoa, "Semoga mereka selalu bahagia..".

Berlanjut. Nama si pasien dipanggil. Karena si anak terus menangis, alhasil suami hanya bisa menunggu diluar ruangan. Sedangkan si istri dibawa masuk oleh beberapa perawat dengan bantuan kursi roda. Tak beberapa lama, check up kelar. Si dokter keluar. Mengingat kondisi tangan pasien kejang, tak memungkinkan untuk pulang naik sepeda motor bersama suaminya, akhirnya si dokter meminta supir pribadinya untuk mengantar si pasien pulang ke rumah. Si dokter menyodorkn kunci mobil miliknya. Gue pun bertanya dalam hati: "Ada berapa dokter lagi yang berhati baik seperti ini, di Indonesia?" Jika masih ada, satu kata untuk mereka: "Awesome.."


Besok pagi, jangan takut untuk keluar rumah. Pergi melihat dunia. Tanpa sadar, kau akan menemukan banyak cerita & makna dibaliknya. Dari sesuatu yang membuatmu tertawa, hingga menangis tersedu-sedu. Intinya hanya satu: "Bersyukur". Kau tak perlu menjalani hidup sekeras mereka (joki 3 in 1, gelandangan, pengemis) hanya utk mendapatkn uang belasan ribu. Bersyukur, terus bersyukur, jangan lupa bersyukur 'errbody! Tuhan itu, sangat baik padamu..

Selasa, 07 Februari 2012

"Real Love Story"


Kisah 'real' perjuangan seorang pemuda yang berasal dari daerah pelosok, Kalimantan Selatan. Pemuda ini terlahir dalam kondisi keluarga tak mampu. Sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, ia merasa sangat bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Lantas pemuda itu memutuskan untuk hijrah ke kota, meski ruang lingkupnya masih di wilayah Kalimantan Selatan. Ia pergi ke kota dengan tujuan mendapatkan pekerjaan yang layak, agar ia bisa membantu menafkahi kedua orang tua dan membiayai sekolah keenam orang adiknya.Karena alasan itulah, pemuda ini sangat giat berusaha. Ia lantas bekerja keras, tak ada kata 'berdiam diri' baginya. 

Kerja kerasnya lantas membuahkan hasil. Berkat usaha, kejujuran dan ketekunannya, ia pun dapat pergi ke negara sang matahari terbit 'Jepang' dan negara Asia Timur lainnya. Setelah lama mengadu nasib di negeri orang, pemuda itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanah air 'Indonesia'. Ia kemudian bekerja dan menetap di daerah asalnya, Kalimantan Selatan. 

Meski  masih berpenghasilan minim, pemuda itu tak ragu untuk memboyong kedua orang tua dan keenam adiknya tinggal bersamanya dikota. Ia ingin adik-adiknya mendapatkan pendidikan yang layak. Di kota ini juga, pemuda itu bertemu dengan seorang gadis impiannya. Gadis ini tidak lain adalah putri satu-satunya dari 8 bersaudara, anak sang pak walikota. Mencintai seorang gadis yang notabene dari kalangan keluarga berada, tentu tak mudah. Sebagai anak gadis satu-satunya, sang ayah tentu sangat sayang dan menjaga anak gadisnya. Ayah gadis tersebut tentu ingin agar putrinya mendapatkan pasangan hidup terbaik.

Meski dari keluarga tak berada, si pemuda tetap berusaha menarik hati gadis dan ayahnya. Ia tak gentar untuk berkunjung langsung kerumah sang gadis, meski ayah gadis tersebut selalu menanyakan alasan kedatangannya hingga berjam-jam. Berkat sikap hormat dan sopan santunnya, lama-kelamaan sang ayah gadis tersebut luluh juga. Ayah gadis tersebut akhirnya merestui hubungan mereka, hingga pemuda dan gadis itu saling berucap janji dan kemudian menikah. 

The end..

*****

Semoga suatu hari, gue punya kesempatan untuk bisa mendedikasikan kisah cinta mereka dalam sebuah tulisan. Berharap anak-anak gue kelak, bisa ikut membacanya. Karena kisah cinta mereka 'pemuda dan gadis' inilah, gue bisa terlahir kedunia..
"Real Love Story"

Senin, 06 Februari 2012

"Jangan Khawatir, Ia Punya Rencana"


Semenjak kepergian ayah, tak dapat dipungkiri jika ibu harus berperan ganda. Ibu yang mendidik mental kami, ibu yang senantiasa mengajarkan agama, ibu yang selalu menjaga kesehatan kami, ibu yang mengatur segala kepentingan dirumah, bahkan dalam hal mengatur keuangan.

Sebagai orang tua tunggal, ibu dituntut untuk dapat mengatur secara bijak pemasukan dan pengeluaran uang yang kami miliki. Jika saat itu ibu hanya memiliki sedikit uang, maka ibu akan mendahulukan segala hal yang bersifat 'terpenting' dari semua hal yang 'penting'. Jika saat itu, ibu memiliki rezeki berlebih, maka ia tak pernah segan untuk memberikan sesuatu yang dapat membahagiakan hati anak-anaknya. Entah ibu akan mengajak kami berlibur, membeli baju baru, sepatu baru ataupun tas baru, meski ia sendiri hanya akan memakai baju dan sendal yang lama.


*****

Suatu hari, uang yang ibu miliki tak begitu banyak.
Padahal ada dua hal terpenting yang sangat dibuntuhkan dengan adanya uang tersebut.
Ibu sangat perlu uang itu untuk membeli bahan makanan hari ini..
Ibu juga sangat perlu uang itu untuk membayar tagihan listrik dirumah kami..
Bagaimana beratnya saat itu, ketika ibu harus menentukkan hal mana yang lebih penting diantara dua hal tersebut. Setelah ibu berfikir sejenak, akhirnya ibu mengambil sebuah keputusan mempergunakan uang itu untuk membayar listrik. Ibu berfikir, sesuap nasi pasti bisa dicari..

Akhirnya ibu pergi untuk membayar listrik. Sesampainya dikasir, pegawai berkata..
"Maaf, Bu. Mungkin ibu lupa.."
"Ibu sudah melakukan pembayaran listrik untuk bulan Oktober, kemarin.."

Mendengar hal itu, ibu sedikit heran. Padahal ibu sungguh yakin ia belum pernah membayarnya.Karena si pegawai mengatakan bahwa ibu telah membayar tagihan listrik tersebut, ibu pun kemudian memutuskan untuk kembali pulang kerumah. Akhirnya ibu dapat bernafas lega, kini uang itu dapat dipergunakannya untuk membeli  bahan makanan hari ini.

Tak terduga bulan berikutnya, ibu mendapatkan rezeki berlebih. Seperti biasa, ibu pergi untuk membayar tagihan listrik  (kali ini tagihan untuk bulan November). Sesampainya di depan kasir, si petugas berkata..
"Maaf 'Bu, ada kesalahan. Jadi untuk tagihan listrik bulan Oktober kemarin, ternyata memang belum dibayar.."
Ibu hanya tersenyum, mendengar ucapan si petugas. Ibu sudah menduga, pasti ini akan terjadi. Karena ibu sendiri, memang merasa tak pernah membayarnya. Mengingat bulan ini ibu memiliki rezeki berlebih, akhirnya ibu membayar tagihan listrik tersebut  untuk dua bulan sekaligus (Oktober dan November).

Jadi, makna kisah ini?
Lagi-lagi, tentang rencana Tuhan..

Bayangkan saja, jika kesalahan tagihan listrik itu tak terjadi. Sudah pasti, ibu akan membayarnya saat itu juga. Jika ibu menggunakan uang tersebut untuk membayar tagihan, mungkin kami terancam tak akan bisa makan hari itu. Tapi apa? Tuhan punya rencana lain. Karena kesalahan si petugas, tagihan dibulan Oktober tertunda. Ibu akhirnya dapat membayar tagihan listrik tersebut bersamaan dengan tagihan listrik dibulan November,  dimana saat itu ibu telah memiliki cukup banyak uang untuk membayarnya.

Minggu, 05 Februari 2012

"Apakah Hidup Masih Berlanjut, Bu?"



Ini kisah 'real' lanjutan..
Mungkin sebagai manusia awam, kita akan berkata "Ini ujian terberat.."
Itu karena cara berfikir kita, terlalu terbatas.
Bahkan kita tak mengerti, jika ada hikmah dibaliknya.
Segala ujian hidup terjadi, bukan karena Tuhan tak adil. Tapi Tuhan tau, mana yang terbaik..

*****

Sebelum ayah meninggal, ia sempat meminjamkan sertifikat rumah ini kepada orang yang baru saja dikenalnya. Namanya, Pak Baithal. Orang itu beralasan ia sangat perlu uang, sehingga ia berniat untuk meminjam uang di bank atas jaminan sertifikat rumah kami. Ayah memang terlalu baik, ia lantas merasa kasihan. Ayah percaya begitu saja dengan orang yang baru dikenalnya. Tapi tidak dengan ibu, ia masih tak percaya dengan orang itu. Meski ibu sudah menasehati, ayah tetap saja percaya, jika suatu hari orang itu akan mengembalikannya.

Setelah bertahun-tahun, benar saja?
Orang itu tak pernah kembali, sampai akhirnya ayah meninggal dunia. Merasa uang pinjaman tak kunjung dikembalikan, akhirnya pihak bank datang ke rumah. Mereka meminta agar kami segera melunasi uang pinjaman Pak Baithal sebesar "100 juta". Jika kami tak melunasinya, hanya ada dua pilihan "uang pinjaman akan bertambah bunga atau rumah kami disita". Sungguh ini terasa berat dan tak adil. Kami yang baru saja kehilangan ayah, kini harus berurusan dengan pihak bank untuk melunasi uang pinjaman orang lain. Kenapa  harus kami yang membayarnya? Bahkan rumah kami terancam disita, karena Pak Baithal sudah menyerahkan sertifikat rumah kami sebagai jaminan pada pihak bank.


Ibu terus berusaha, mencari cara untuk melunasi uang pinjaman tersebut. Ibu meminta agar pihak bank mau memberi waktu, ibu tak ingin rumah kami disita. Karena ibu tak kunjung membayarnya, uang pinjaman pun semakin bertambah karena bunga. Tuhan tak tinggal diam, Ia Maha Penolong (Al-Musta'an).

Tiba-tiba ada orang baik yang mau menolong kami untuk melunasi semua uang pinjaman itu. Orang  itu tidak lain adalah adik kandung ibuku. Lantas ia membayar cash, uang pinjaman yang kini sudah bertambah jumlahnya menjadi "150 juta". Sejak saat itu, kami sudah dinyatakan tak memiliki urusan lagi dengan bank.

Tapi, bukan berarti semua telah berakhir. Ibu tentu saja masih berhutang budi dan juga uang pada adik kandungnya. Ibu pun, berniat menjual rumah itu agar dapat melunasi semua pinjaman. Bertahun-tahun sudah, tak ada orang yang berniat membeli. Ibu sungguh merasa tak nyaman, meski adik kandungnya tak pernah sekalipun memaksa agar uang itu dikembalikan secepatnya. Tetapi  ibu tetap saja, merasa tak enak hati..

Sampai akhirnya datang seseorang, bernama "Pak Darmawan" yang berniat membeli rumah kami. Harga jual rumah pun, sudah disepakati. Saat sebagian besar uang sudah diterima, itu artinya kami harus segera meninggalkan rumah ini. Jujur, sungguh berat dan sedih rasanya harus meninggalkan rumah ini. Bagaimana tidak? Aku, kakak dan adik, sudah menghabiskan masa kecil kami bertahun-tahun dirumah ini. Namun, bisa berkata apa? Rumah itu kini, bukan lagi rumah kami.

Dari hasil jual rumah itu, akhirnya ibu dapat melunasi uang adik kandungnya.
Pertanyaannya:
"Lantas, kami tinggal dimana?"

Setelah menjual dan meninggalkan rumah itu, ibu lantas mengajak kami menempati sebuah rumah baru. Rumah ini telah lama berdiri ditanah peninggalan ayahku. Ternyata selama berbulan-bulan menunggu adanya pembeli, tanpa kami ketahui ibu sudah mempersiapkan rumah baru ini untuk kami. Kami sungguh tak percaya, ibu melakukannya sendiri. Ibu yang melanjutkan pekerjaan ayah untuk membangun dan merenovasi rumah itu. Ibu juga yang membeli segala furniture dan perabotannya. Bahkan kamar tidur baru ku sudah terisi lengkap dan ibu yang mendekorasinya.


Ayah juga ternyata memiliki sebidang tanah, dimana telah berdiri beberapa bangunan yang kini berfungsi sebagai tempat tinggal sementara bagi para mahasiswa. Jadi tanpa harus bekerja pun, ibu sudah pasti akan mendapatkan rezeki setiap bulannya. Keluarga kami, tampak layaknya seperti sebuah keluarga normal dengan sosok ayah sebagai kepala keluarga. Mungkin ayah sudah  mempersiapkan hal ini, jauh-jauh hari. Mungkin ayah sudah merasa, suatu hari ia akan pergi meninggalkan kami. Satu hal yang aku ingat dari sosok ayah, selama hidupnya ia selalu melarang ibu bekerja. Ayah hanya ingin ibu mengurus anak-anaknya dirumah, sedangkan tugas mencari nafkah adalah kewajiban suami. Terlihat jelas, ayah begitu memegang teguh prinsipnya. Hingga setelah ia pergi pun, ayah membuat ibu tak perlu bekerja keras untuk mencari nafkah. Satu hal lagi yang membuat ibu begitu mencintai ayah. Jika ayah marah, tak pernah dalam hidupnya ia bertindak kasar pada ibu. Tangan ayah selalu bersih, ia tak pernah sekalipun memukul ibu.

Dapat menjalani kehidupan seperti keluarga normal lainnya, membuat kami sering tak percaya.
Bahkan kakak sering mengajak ibu bercanda, ia berkata..
"Ibu pernah terfikir? Rezeki yang ibu terima setiap bulannya, mungkin lebih besar dibanding seorang pegawai negeri. Bahkan mereka harus bekerja, sedangkan ibu cukup dirumah saja.."
Lantas ibu menjawab..
"Karena itu, kita tak boleh lupa bersyukur. Meski ibu tak bekerja dan menerima gajih dari manusia. Tapi atas seizin Tuhan, lantas rezeki itu  datang sendiri pada kita.."

Dengan segala kekuatan dan kesabaran, kini ibu telah berhasil membesarkan anak-anaknya seorang diri. Selama ini, ibu tak pernah mengharuskan dan memaksa kami untuk selalu menjadi juara, berprestasi, dan menjadi peringkat tertentu dikelas. Tapi sebagai anak, sudah semestinya kami sadar diri. Apa yang bisa kami berikan pada ibu, jika bukan prestasi? Tujuan kami menuntut ilmu hanya satu, "berprestasi". Jika kami berprestasi, kesempatan untuk mendapatkan beasiswa akan terbuka. Jika kami mendapatkan beasiswa, itu artinya kami akan dapat meringankan sedikit beban orang tua. Kami sangat berusaha untuk tidak menerima bantuan beasiswa atas dasar belas kasihan dengan beralasan "keluarga tak mampu". Kami ingin beasiswa yang kami terima adalah sebuah hasil kerja keras atas dasar meningkatnya prestasi akademik, bukan dengan meminta-minta.
Dengan bantuan dan izin Tuhan lah..
Ibu dapat menyelesaikan pendidikan anak pertamanya sebagai sarjana tekhnik (S.T), di Fakultas Tekhnik Universitas Gajah Mada. Kini kakak bekerja disebuah perusahaan sawasta, India.
Dengan bantuan dan izin Tuhan lah..
Ibu dapat menyelesaikan pendidikan anak keduanya sebagai sarjana sosial (S.Sos), di FISIP Universitas Lambung Mangkurat. Kini kakak bekerja disebuah kantor KPU, Kotabaru.
Dengan bantuan dan izin Tuhan lah..
Ibu dapat menyelesaikan pendidikan ku sebagai sarjana sains (S.Si), di FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Tapi kini, aku masih bergulat dengan dunia lamaku dibidang seni. Banyak yang bilang, aku salah jurusan. Tapi apa pun yang menjadi pilihan hidupku, kata ibu ia akan selalu mendukungku.
Dengan bantuan dan izin Tuhan lah..
Ibu dapat melanjutkan pendidikan adikku yang paling bungsu. Kini ia duduk dibangku kelas I, SMK Telkom Sandhy Putra. Mungkin ia salah satu anak yang paling membanggakan. Meski memiliki keluarga tak lengkap seperti teman lainnya, tapi ia membuktikan bahwa ia juga mampu berprestasi.
Semoga kami bisa segera, membalas budi baik ibu. Amin..

Pertanyaan masih berlanjut...
"Lalu bagaimana dengan orang yang kabur, setelah menggadaikan sertifikat rumahmu itu?"
Berita terakhir yang kami dapat..
Orang tersebut kini sedang berada di Aceh.
Ia jatuh sakit, ketika mengetahui semua sanak saudara dan hartanya lenyap tak bersisa akibat tragedi Tsunami yang terjadi diaceh tahun 2006 yang lalu.
Sekarang kami sekeluarga, sudah mengikhlaskan semua perbuatannya. Cukuplah Tuhan bagi kami yang membalasnya.

"Lalu bagaimana dengan  kabar adik kandung ibumu?"
Layaknya seperti saudara kandung, beliau masih sering kali memperhatikan kami. Pantaslah, jika kini Tuhan membalas kebaikannya. Kini beliau menjabat sebagai Deputi di Kementrian Lingkungan Hidup.

"Lalu orang yang membantu untuk membeli rumahmu?"
Kini kami sudah seperti keluarga. Bahkan setiap kali perayaan hari raya idul fitri tiba, mereka sekeluarga bersama anak-anaknya selalu menyempatkan diri untuk datang kerumah baruku. Namanya begitu sebanding dengan prilakunya. Pak Darmawan, memang sungguh orang yang dermawan.

Sabtu, 04 Februari 2012

"Siapa Menduga, Emak dan Abah Pergi Haji"


Ini kisah 'real' yang terjadi pada emak dan abah beberapa tahun yang lalu. Kisah ini berawal ketika abah dan emak berniat menjual sebidang tanah mereka..
Tanah yang akan dijual tersebut memang tak begitu luas, karena itu emak dan abah sempat pesimis. Meski dijual dengan harga murah  sekali pun,  "Apa mungkin ada, orang yang berniat membelinya?".

Suatu hari datang seorang pria separuh baya ditemani sopirnya, berniat ingin membeli tanah tersebut. Kebetulan dirumah hanya ada emak, karena si abah sedang pergi bekerja. Pria tersebut kemudian menyampaikan maksud kedatangannya. Emak lantas merasa senang dan menyambut baik rencana orang itu.

Masalah harga sudah dibicarakan langsung oleh emak dan  ternyata pria separuh baya itu setuju. Setelah cukup lama membahas tentang jual beli tanah itu, akhirnya pria itu berpamitan pulang. Sesampainya didepan pagar terdengar pria itu bertanya pada sopirnya..
"Apa mereka sudah pernah pergi haji?"
Si sopir kemudian menjawab..
"Sepertinya belum, Pak.." Simpul si sopir yang  waktu itu melihat penampilan emak tanpa kerudung.

Mendadak pria itu berbalik arah dan kembali mendekati emak..
"Apa ibu dan suami, sudah pernah pergi haji?"
           "Belum pernah, Pak.." Jawab emak, sedikit heran dengan pertayaan pria itu.
"Kalau begitu, ibu dan suami siapkan saja persyaratannya. Saya yang akan menanggung biaya keberangkatan ibu dan suami berhaji.."

Mendengar itu, emak hanya tersenyum. Emak tak menanggapi ucapan pria itu dengan serius. Emak fikir pria ini sedang mengajaknya bercanda. Lalu pria itu, mengulangi ucapannya..
"Lebih baik segera hubungi suami ibu, minta agar beliau segera mempersiapkan persyaratannya. Ibu tenang saja, biaya keberangkatan pergi haji tak akan saya potong dari harga jual tanah itu.."

Emak semakin tak percaya. Emak terus saja meyakinkan ucapan pria itu, "Apakah hanya bercanda?". Pria itu malah balik meyakinkan emak untuk segera mempersiapkan persyaratan pendaftaran pergi haji tahun ini. Bagaimana emak bisa percaya, jika pendaftaran haji saja akan ditutup tiga hari lagi. Tapi pria itu, tetap saja meyakinkan janjinya pada emak.

Setelah pria itu pergi..
Emak dengan tangan gemetar, langsung menghubungi abah yang sedang bekerja. Emak menceritakan semuanya ke abah. Tapi respon abah sama, ia hanya tertawa. Abah meminta agar emak jangan semudah itu percaya. Emak pun menuruti, apa kata abah.

Sesampainya abah dirumah, emak kembali menceritakan hal tersebut. Abah hanya tertawa, seperti sebelumnya. Sampai akhirnya telpon rumah berbunyi. Ternyata telepon itu dari pria yang berniat membeli tanah juga memberangkatkan haji emak dan abah. Emak langsung memberikan ganggang telepon itu ke abah. Lalu abah mulai berbicara dengan pria tersebut.

Setelah lumayan lama berbicara dengan pria itu, abah menutup ganggang teleponnya. Kemudian abah berkata pada emak , besok mereka harus segera mempersiapkan persyaratan keberangkatan haji tersebut. Terlihat jika raut wajah abah kali ini, sangat serius. Emak yang mendengarnya pun, semakin tak percaya.

Keesokan harinya emak dan abah bergegas mengurus keberangkatan haji mereka. Hanya dalam waktu satu hari, urusan pendaftaran selesai. Uang keberangkatan mereka juga sudah dibayar secara cash oleh pria si pembeli tanah tersebut. Pria itu juga sudah membayar uang tanah, sesuai harga awal tanah tanpa dikurangi.

Akhirnya emak dan abah sudah sah, akan berangkat haji tahun ini. Tapi ada satu hal yang membuat emak dan abah merasa tak enak hati. Bagaimana bisa mereka pergi haji dengan perasaan tenang, jika masih banyak uang pinjaman mereka yang belum dibayar. Apa kata orang-orang nanti? Pergi haji bisa, tapi membayar uang pinjaman tak bisa? Kemudian emak dan abah terfikir, menggunakan uang hasil jual tanah tersebut untuk melunasi uang  yang dulu pernah dipinjam mereka kebeberapa orang. 

Setelah melunasi semua pinjaman, uang hasil jual tanah hanya tersisa sedikit. Emak dan abah lalu memutuskan meninggalkan uang tersebut untuk keperluan kami (anak-anaknya) selama mereka tinggal pergi haji. Itu artinya, emak dan abah tak akan membawa uang tersebut untuk keperluan mereka saat berangkat nanti. Jangankan untuk memikirkan uang, keperluan seperti pakaian dan perlengkapan haji pun  belum mereka beli karena keberangkatan ini tak pernah direncanakan sebelumnya. Tapi dengan penuh tawakkal, emak dan abah tetap meyakinkan dirinya untuk pergi berhaji.

Berselang beberapa minggu, emak dan abah mengadakan acara syukuran karena akan pergi berangkat haji. Di saat itu lah, tanpa di duga banyak orang yang membawa berbagai macam perlengkapan haji. Mulai dari jilbab, surban, baju, sarung tangan, kain, mukena, sajadah, bahkan sepatu. Betapa beruntungnya emak dan abah, ketika mereka tak dapat membeli barang-barang tersebut tanpa diduga orang-orang datang begitu saja memberinya. 

Dengan persiapan sesingkat itu, tak pernah terfikir dalam benak emak dan abah akan berangkat haji seperti ini. Jika Tuhan sudah berkehendak,  ternyata kita tak akan pernah bisa mempercepat atau memperlambatnya. Jika Tuhan berkata "Jadi..", maka "Jadilah.." ia..

"Dua Bungkus Roti Untuk Dua Gadis Kecil Turkey"


Ini bisa dibilang kisah 'real' lanjutan yang dialami oleh kedua emak dan abah, disaat mereka sedang melakukan ibadah haji di tanah suci Mekah.

Waktu itu emak dan abah sedang mengobrol dengan teman satu 'tour travel' mereka, di lobby hotel. Emak kebetulan sedang menikmati sebungkus roti. Tiba-tiba ada dua orang anak gadis kecil (berkebangsaan Turkey) sangat cantik, mendekati emak  Mereka tampak ingin meminta roti yang sedang ada dalam genggaman tangan emak.

Ketika melihat kedua anak kecil itu memandang wajahnya, alhasil emak merogoh tasnya dan memberikan dua bungkus roti yang sama kepada mereka. Setelah diberi roti, kedua anak itu tampak senang. Mereka tersenyum, tertawa, lalu pergi menjauh dari emak seraya menyantap roti tersebut.

Kemudian malam harinya, entah kenapa emak dan abah saat itu jenuh dengan makanan yang disediakan oleh pihak hotel. Akhirnya emak dan abah memutuskan untuk makan malam diluar hotel. Meski menyadari
uang mereka tak begitu banyak, tapi mereka tetap memutuskan untuk pergi.

Emak dan abah lalu masuk kesebuah restaurant yang menyediakan menu makanan ala timur tengah. Mereka kemudian memesan berbagai menu makanan. Abah memang suka makan, tapi si emak mengingatkan bahwa uang yang mereka bawa tak banyak. Abah dengan santai, tetap memesan menu makanan tersebut. Abah hanya berkata pada emak, tak perlu mengkhawatirkan uang mereka.

Emak dan abah pun menikmati makanan yang sudah mereka pesan. Selesai makan, saatnya abah membayar makanan itu dikasir. Ketika sampai dikasir abah bertanya, "Biaya makan malamnya berapa?" Tapi si kasir hanya berkata "La.. (jangan)".

Si kasir berucap tak perlu membayar semua makanan itu, karena makanan emak dan abah telah dibayar oleh orang lain.

Mendengar itu, abah dan emak dibuat bingung. "Orang lain?" Tanya abah ke emak. Lantas abah memperhatikan keseluruh sudut restaurant itu, berharap ia mengenal salah satu pengunjungnya. Bisa saja makanan itu dibayar oleh teman satu 'tour travel'nya .

Tapi apa?
Tak ada satu pengunjung direstaurant itu yang mereka kenal. Sejak dari awal mereka masuk ke dalam restaurant tersebut pun, hampir semua pengunjungnya adalah orang asing yang tak mereka kenal. Jadi sedikit janggal, jika si kasir itu berkata makanan mereka sudah dibayar oleh orang lain.

Tapi karena kasir itu, tetap saja menolak untuk dibayar. Alhasil tak ada uang sepeser pun yang keluar untuk makan malam abah dan emak hari itu. Rezeki dari Tuhan memang bisa datang, melalui siapa saja. Percaya?


Tapi ada hal luar biasa lainnya yang terjadi selama emak dan abah berada di kota Mekah..

Saat itu abah sedang beribadah disalah satu masjid yang terletak dikota itu. Usai sholat, abah kemudian mengaji. Tanpa sepengetahuan abah, ternyata ada beberapa pengunjung masjid (warga arab) yang memperhatikan beliau mengaji. Usai mengaji, tiba-tiba orang-orang itu mendekati abah. Mereka meminta agar abah mau mengajarkan mereka mengaji.

Awalnya abah heran, ia tak langsung begitu saja menyanggupi permintaan orang-orang tersebut. Sampai akhirnya abah meyakinkan hati,  tak akan membuang kesempatan berharga ini. Sungguh tak pernah terfikir oleh abah sebelumnya, ia akan mengajari orang lain mengaji, bahkan bukan dinegaranya sendiri.

"Uang Lima Ribu dan Dua Buah Duren"


Jadi kemaren, emak gue beli buah. Terus pas sampai rumah, emak baru sadar ternyata uang kembaliannya kelebihan lima ribu rupiah. Emak gue gak mau makan hak orang, meski hanya uang lima ribu rupiah sekal...ipun.

Alhasil, emak gue berniat mengembalikan uang itu hari ini. Sesampainya di toko buah, emak balikin uang lima ribu itu' ke si penjual. Lantas si penjual pun, merasa begitu senang. Ia bahkan berfikir, orang lain belum tentu mau kembali ke toko buahnya hanya untuk mengembalikan uang lima ribu.

Saking senangnya, si penjual memberi emak gue dua buah duren secara cuma-cuma. Alhasil, emak gue pulang ke rumah bawa duren. Itu duren isinya udah banyak, bagus, manis pula. Gue foto ini duren, cuman satu. Satunya lagi, udah abis gue dan emak cicipi. Heheh..

Oh' satu lagi..
Pulang dari toko buah, emak gue pake ojek. Terus nyampe rumah, si tukang ojek malah gak mau dibayar. Jadi hari ini, semuanya berkah. Alhamdulillah..

Rezeki emang gak kemana, errbody!

Gue selalu bilang, gue orang yang percaya 'dibalik setiap peristiwa itu selalu ada hikmah'. Karena dalam hidup gue udah sangat sering mengalami, bahkan yang tak masuk akal sekalipun. Kalau bukan pertolongan dari Tuhan, mungkin secara logika orang akan mengira gue akan susah cari makan. Tapi syukurnya, rezeki terus saja mengalir. Tuhan mengirimkan rezeki itu, lewat orang-orang baik disekeliling gue, didalam hidup gue..

Jumat, 03 Februari 2012

"Aku dan Ayah, Sebelum Ajal Menjemputnya"


Setelah ayah pulang dari tanah suci Mekah, ayah semakin rajin beribadah. Bahkan ayah selalu bersedia untuk menjadi imam, ketika sholat taraweh berjama'ah di masjid pada saat bulan Ramadhan. Usai sholat taraweh, para tetangga selalu memberi  ucapan selamat kepada ibuku
Ibu bertanya..
"Ucapan selamat untuk apa?". 
Lalu para tetanggaku menjawab..
"Beruntung ibu, memiliki suami seperti itu. Kami merasa seperti  sedang beribadah di tanah suci Mekah, ketika mendengar suami ibu melantunkan surah-surah itu disetiap rakaat sholat tarawehnya.."

Bahkan ada salah satu tetangga bernama Ibu Djohansyah Said (Guru mengaji, aku dan kakak) yang tiba-tiba memberikan sebuah koper berisi 30 kaset untuk 30 jus Al-Qur'an, agar ayahku dapat mempelajarinya. Ayah sangat senang, ketika mendapatkan kaset-kaset itu. Ia selalu belajar melantunkannya dengan sempurna. Ayah juga mengajakku dan kakak untuk belajar bersama. Bahkan aku sempat dibuat menangis tersedu-sedu, karena sudah merasa bosan belajar mengaji bersama ayah. Bagaimana tidak? Dalam tiga hari, aku hanya mempelajari satu ayat yang sama. Ayah tak akan mengizinkanku untuk membaca ayat selanjutnya, jika ucapanku masih ada yang salah dan tak lancar. Sampai akhirnya, ayah jatuh sakit..


Peristiwa ini terjadi 11 tahun yang lalu. Ketika itu aku masih duduk dikelas 1 SMP, sebelum akhirnya ayah meninggal dunia..

Suatu hari, entah kenapa dirumah hanya ada aku dan ayah. Ayah terbaring ditempat tidur karena sakitnya.

Saat itu ayah memanggilku, kemudian aku duduk disampingnya. Ayah kemudian memintaku untuk mengambil sebuah tafsir Al-Qur'an. Aku turuti permintaan ayah. Aku bergegas mengambil tafsir itu, lalu aku duduk kembali tepat disampingnya.

Ayah kemudian memintaku untuk membuka salah satu halamannya secara random (acak). Tanpa banyak bicara, aku kembali mengikuti permintaannya. Kubuka salah satu halamannya secara acak. Setelah aku membuka salah satu halaman, ayah memintaku kembali untuk membaca salah satu dari ayat yang tertera dihalaman itu.

Sama seperti sebelumnya, ayah menyerahkan sepenuhnya kepadaku. Aku pun secara acak, kembali memilih salah satu ayat.

Dari ayat yang kupilih, ayah memintaku untuk membaca tafsirnya. Dengan suara lirih, kubaca tafsir ayat itu dihadapannya. Ayat tersebut membahas tentang sebuah "pernikahan".

Usai membaca tafsir ayat itu, ayah bertanya padaku..
"Kamu tau, apa arti ayat itu?"
Aku hanya mnggelangkan kepala. Lalu ayah menjelaskan padaku..
"Itu artinya, ayah harus segera menikahkan saudara kandung ayah yang belum menikah dengan lelaki pilihannya.."

Sebulan kemudian..
Ayah menikahkan saudara perempuannya. Meski saat itu, ia sendiri sedang terkulai lemah dirumah sakit karena penyakitnya mulai kambuh. Beberapa minggu, setelah meyelenggarakan pernikahan saudara kandungnya. Ternyata ayah harus kembali ke pelukan sang pencipta.

Sejak saat itu aku semakin percaya, Al-Qur'an seperti obat bagi para pembacanya. Dalam setiap helai surahnya, kita mampu menemukan berbagai jawaban atas segala kegundahan hati kita. Bahkan disisa umurnya, ayahku masih sempat menemukan jawaban tentang apa yang harus dilakukannya sebelum pergi meninggalkan dunia.

Kamis, 02 Februari 2012

"Keluarga Baru"

Selama satu bulan di Desa Balau, gue dan kesembilan orang teman gue tinggal disalah satu rumah warga. Dirumah itulah, kami mengenal kakek dan nenek sebagai keluarga baru.


Kakek dan nenek tinggal bersama cucu mereka yang bernama Ramzi yang sudah hampir 12 tahun mereka rawat. Selama 12 tahun pula, Ramzi tak pernah melihat wajah kedua orang tuanya. Sejak kecil, Ramzi memang telah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya yang memutuskan untuk bekerja sebagai TKI di Arab Saudi.

Gue pernah memperhatikan Ramzi dari balik jendela, saat ia sedang bermain dengan teman sebayanya. Saat itu gue melihat sesuatu yang janggal, tak bisa gue ceritakan. Mendadak ada perasaan cemas, ketika melihat tingkah pola Ramzi terhadap lingkungannya. Gue sadar, anak yang hidup di dalam sebuah keluarga yang tak lengkap tentunya akan berbeda dengan anak yang hidup bersama kedua orang tuanya.

Saat tinggal di desa, kami hampir tak pernah menonton TV. Jangankan TV, sinyal heandphone saja sulit dicari. Seandainya Ramzi memiliki kesempatan untuk menonton TV, mungkin dia juga akan merasa cemas dengan keadaan orang tuanya yang hampir 12 tahun tak pernah pulang. Setidaknya untuk sementara waktu Ramzi tak dibuat sedih atas berita yang sering muncul di TV, mengenai nasib para TKI. Tapi gue selalu berdoa, semoga hal itu tak akan pernah terulang dan terjadi pada kedua orang tua Ramzi juga para TKI lainnya. Amin..

"Lotion Anti Nyamuk"


Suatu hari, teman gue (Randy, Zaki dan Ade) memberikan sebuah bola untuk para siswa laki-laki SDSN Desa Balau. Hal ini tentu saja, membuat para siswi merasa cemburu. Ketika gue dan teman gue (Fretty) mengajar, akhirnya mereka mengatakan 'ingin minta dibelikan sesuatu, seperti mereka (siswa laki-laki)'. Gue dan Fretty pun bertanya, mereka ingin apa?

Ternyata mereka hanya ingin, sekotak obat nyamuk. Alasannya simpel, ruang kelas mereka sangat bernyamuk dan itu sangat mengganggu mereka saat sedang belajar. Mengingat obat nyamuk mudah berasap dan berbau menyengat, pasti itu akan semakin mengganggu mereka. Akhirnya gue dan Fretty berjanji, akan memenuhi permintaan mereka. Tapi kali ini, kami tak akan membeli sekotak obat nyamuk melainkan lotion anti nyamuk. Mendengar itu, mereka tampak senang dan setuju.

Berselang beberapa hari, gue dan Fretty punya kesempatan untuk keluar dari desa (istilah lainnya, "pulang ke kota"). Disanalah gue dan Fretty membeli beberapa lotion anti nyamuk. Besok harinya saat kembali ke desa, lotion anti nyamuk itu pun gue bagikan. Andai saja kalian melihat ekspresi mereka, kalian pasti tak akan menyangka ekspresi sebahagia itu hanya karena mereka mendapatkan lotion anti nyamuk. Gue berfikir, kalau mereka sebahagia itu hanya karena mendapatkan lotion anti nyamuk. Bisa kalian bayangkan? Bagaimana jika kita dapat memberikan mereka, sesuatu yang lebih?

"Kenalkan, Namanya Rizky.."


Gambar ini pemberian Rizky, dua tahun yang lalu. Rizky adalah salah satu anak warga Desa Balau, saat itu ia masih duduk di kelas 5 SDSN Balau.


 Usai gue mengajarkan mereka pelajaran seni, menggambar. Tak beberapa lama setelah gue keluar dari kelas, Rizky menghampiri gue. Rizky tanya, bagaimana hasil karyanya dimata gue. Mungkin saat itu Rizky penasaran, kenapa gue memberinya nilai 90. Gue bilang 'bagus'. Sebab untuk anak seusianya, menggambar pemandangan seperti itu adalah hal yang luar biasa.

Setelah mendengar jawaban itu, Rizky lantas memberikan gambar ini ke gue "Ini buat kakak..". Dengan senang hati, juga dibuat terharu, gue terima pemberiannya. Kebetulan, saat itu minggu terakhir gue ada di desa. Sampai sekarang hasil karya Rizky masih gue simpan rapi, dilemari.

Dunia gak akan tau, kelak Rizky jadi apa? Tapi dulu, gue sempat pesan ke Rizky "kalau punya bakat harus selalu dilatih, biar bisa jadi seniman kayak pak kepala sekolah". Apalagi waktu gue dengar dari teman sekelasnya, bahwa Rizky memang sangat suka menggambar.

Andai suatu hari harapan gue ke Rizky terwujud, meski lama tak bertemu, gue masih bisa berbangga hati. Karena gue pernah memiliki hasil karyanya. Benda yang menurut gue berharga akan selalu gue simpan dan gue kenang. Setidaknya karena benda itu, pernah jadi bagian dari hidup gue :)