Jumat, 03 Februari 2012

"Aku dan Ayah, Sebelum Ajal Menjemputnya"


Setelah ayah pulang dari tanah suci Mekah, ayah semakin rajin beribadah. Bahkan ayah selalu bersedia untuk menjadi imam, ketika sholat taraweh berjama'ah di masjid pada saat bulan Ramadhan. Usai sholat taraweh, para tetangga selalu memberi  ucapan selamat kepada ibuku
Ibu bertanya..
"Ucapan selamat untuk apa?". 
Lalu para tetanggaku menjawab..
"Beruntung ibu, memiliki suami seperti itu. Kami merasa seperti  sedang beribadah di tanah suci Mekah, ketika mendengar suami ibu melantunkan surah-surah itu disetiap rakaat sholat tarawehnya.."

Bahkan ada salah satu tetangga bernama Ibu Djohansyah Said (Guru mengaji, aku dan kakak) yang tiba-tiba memberikan sebuah koper berisi 30 kaset untuk 30 jus Al-Qur'an, agar ayahku dapat mempelajarinya. Ayah sangat senang, ketika mendapatkan kaset-kaset itu. Ia selalu belajar melantunkannya dengan sempurna. Ayah juga mengajakku dan kakak untuk belajar bersama. Bahkan aku sempat dibuat menangis tersedu-sedu, karena sudah merasa bosan belajar mengaji bersama ayah. Bagaimana tidak? Dalam tiga hari, aku hanya mempelajari satu ayat yang sama. Ayah tak akan mengizinkanku untuk membaca ayat selanjutnya, jika ucapanku masih ada yang salah dan tak lancar. Sampai akhirnya, ayah jatuh sakit..


Peristiwa ini terjadi 11 tahun yang lalu. Ketika itu aku masih duduk dikelas 1 SMP, sebelum akhirnya ayah meninggal dunia..

Suatu hari, entah kenapa dirumah hanya ada aku dan ayah. Ayah terbaring ditempat tidur karena sakitnya.

Saat itu ayah memanggilku, kemudian aku duduk disampingnya. Ayah kemudian memintaku untuk mengambil sebuah tafsir Al-Qur'an. Aku turuti permintaan ayah. Aku bergegas mengambil tafsir itu, lalu aku duduk kembali tepat disampingnya.

Ayah kemudian memintaku untuk membuka salah satu halamannya secara random (acak). Tanpa banyak bicara, aku kembali mengikuti permintaannya. Kubuka salah satu halamannya secara acak. Setelah aku membuka salah satu halaman, ayah memintaku kembali untuk membaca salah satu dari ayat yang tertera dihalaman itu.

Sama seperti sebelumnya, ayah menyerahkan sepenuhnya kepadaku. Aku pun secara acak, kembali memilih salah satu ayat.

Dari ayat yang kupilih, ayah memintaku untuk membaca tafsirnya. Dengan suara lirih, kubaca tafsir ayat itu dihadapannya. Ayat tersebut membahas tentang sebuah "pernikahan".

Usai membaca tafsir ayat itu, ayah bertanya padaku..
"Kamu tau, apa arti ayat itu?"
Aku hanya mnggelangkan kepala. Lalu ayah menjelaskan padaku..
"Itu artinya, ayah harus segera menikahkan saudara kandung ayah yang belum menikah dengan lelaki pilihannya.."

Sebulan kemudian..
Ayah menikahkan saudara perempuannya. Meski saat itu, ia sendiri sedang terkulai lemah dirumah sakit karena penyakitnya mulai kambuh. Beberapa minggu, setelah meyelenggarakan pernikahan saudara kandungnya. Ternyata ayah harus kembali ke pelukan sang pencipta.

Sejak saat itu aku semakin percaya, Al-Qur'an seperti obat bagi para pembacanya. Dalam setiap helai surahnya, kita mampu menemukan berbagai jawaban atas segala kegundahan hati kita. Bahkan disisa umurnya, ayahku masih sempat menemukan jawaban tentang apa yang harus dilakukannya sebelum pergi meninggalkan dunia.

Tidak ada komentar: